Hasil negatif dialami Brasil pada Copa America Centenario sehingga posisi Carlos Dunga sebagai pelatih terancam. Namun Dunga mengaku tak cemas sama sekali.
Manajer 52 tahun tersebut didapuk sebagai juru taktik Tim Samba menggantikan Luiz Felipe Scolari selepas Piala Dunia 2014. Dalam periode keduanya ini, Dunga cuma bisa membawa Brasil mencapai babak perempatfinal Copa America 2015, kompetisi besar pertamanya.
Akan tetapi di turnamen Copa America Centenario hasil lebih buruk justru didapat Dani Alves dan kawan-kawan. Brasil menderita kekalahan kontroversial 0-1 di tangan Peru, membuat mereka terdepak karena cuma finis posisi ketiga Grup B di belakang Peru dan Ekuador.
Itu adalah kali pertama Brasil terdepak di fase awal Copa America sejak format baru dan mengulang hasil yang sama di turnamen tahun 1987.
Sekarang pun Dunga dihadapkan pada ancaman pemecatan. Pasalnya, pemenang Piala Dunia 1994 dan Copa America dua kali itu betul-betul diharap mampu membangkitkan prestasi Brasil yang anjlok dalam beberapa tahun belakangan.
“Saya cuma takut mati, saya sama sekali tak takut dengan itu (dipecat),” sahut Dunga, ketika ditanya apakah dia takut kehilangan pekerjaannya usai Brasil tersingkir.
“Presiden tahu apa yang tengah kami bangun, apa yang kami lakukan dan tahu seberapa besar tekanannya, dan kami tahu jika pekerjaan selalu dibarengi dengan kritik,” lanjut dia, yang diwartakan Reuters.
“Saat anda bekerja untuk tim nasional Brasil, anda harus sadar bila kritik tidak akan berhenti saat anda mendapat hasil negatif namun secara internal, kami tahu apa yang sedang kami lakukan,” cetus dia.
Dunga sempat mencapai keberhasilan di periode perdana melatih Seleccao pada 2006-2010. Brasil memenangi turnamen Copa America 2007 dan Piala Konfederasi 2009.